Hubungan Dunia Arab Dengan Dunia Luar

Dua pendapat hubungan bangsa Arab dengan dunia luar
- Pendapat pertama menyatakan bahwa bangsa Arab (Arab sebelah Utara/ Adnani) adalah bangsa terisolir akibat keadaan alam yang mengisolasi mereka dari dunia luar.
- Pendapat kedua sejak berabad-abad yang lalu bangsa Arab (Arab sebelah Selatan/ Qahthani) telah memiliki hubungan dengan dunia luarmelalui tiga jalur hubungan, yaitu hubungan perdagangan, hubungan penyebaran agama, dan hubungan politis dengan Romawi dan Persia.

Hubungan Dagang
          Hubungan dagang telah berlangsung 2000 tahun sebelum Islam. Jazirah Arabia merupakan wilayah lintasan perdagangan strategis dari kawasan selatan Jazirah (Yaman) ke Mesir dan Syam. Komoditi utama adalah bukhur (dupa) dari wilayah Shafar. Bangsa arab berhubungan dagang dengan bangsa-bangsa di Syiria, Persia, Habsyi, Qibthi (Mesir), dan Romawi. Dua jalur perdagangan:
1. Jalur Timur dari Hadramaut lewat Bahrein dan Teluk arab.
2. Jalur Barat dari Hadramaut menelusuri Laut Merah, Jedah, Makkah sampai Petra.

Hubungan Agama : Gerakan Yahudi dan Nasrani
          Penyebaran Yahudi di tanah arab telah berlangsung berabad-abad sebelum Islam dan terjadi penjajahan Yahudi terhadap bangsa Arab, melahirkan Yahudi asli dan Yahudi arab. Gerakan Yahudi di tanah Arab masuk dari kawasan utara dengan kawasan penting Yatsrib. Kontak budaya terjadi dengan bangsa Yahudi antara lain membawa budaya bercocok tanam dan pembuatan peralatan dari besi. Penyebarab Nasrani masuk melalui Abbesinia (Habsyi) dengan membawa berbagai pemikiran Yunani, kota penting yang berkaitan dengan penyebaran Nasrani adalah kota Najran.

Hubungan Politik dengan Persia dan Romawi
          Bangsa Arab masa silam hidupnya diapit oleh dua kekuasaan besar, Romawi di sebelah Barat dan Persia disebelh timur. Hubungan dagang antara Romawi dan Persia sering mendapat gangguan perampok = perampok bangsa Arab. Kerajaan Romawi melakukan pendekatan kerjasama dengan mengangkat kepala kabilah Ghassasinah menjadi raja di bawah kekuasaan Romawi dengan pemberian berbagai bantuan/fasilitas. Kerajaan Persia zaman kekuasaan raja sabur (240 M) melakukan pendekatan yang sama, dengan mendirikan Emirat Hirah dan mengangkat kepala kabilah Hirah  sebagai emirnya (rajanya) dengan pemberian bantuan dan perlindungan dari gangguan kabilah-kabilah lainnya. Melalui kerajaan-kerajaan protektorat ini berdiri koloni-koloni tawanan perang Romawi dan persia.

disampaikan oleh Prof. Syarif Hidayat

0 komentar:

Posting Komentar