Faktor Kebangkitan Kesusastraan Arab Modern

Kebangkitan kesusastraan Arab modern secara luas ditandai dengan adanya kontak antara dunia Arab dan Eropa modern, yakni ketika Napoleon Bonaparte menginjakkan kakinya di tanah Arab pada tahun 1798 M. Ekspedisi Napoleon ke Mesir, baik secara kultural maupun politis, telah mengguncangkan pondasi negeri yang menggunakan bahasa Arab tersebut. Mereka memperkenalkan budaya Perancis dan ilmu pengetahuan Barat pada orang-orang Mesir, kemudian kepada orang-orang Arab secara keseluruhan (Sutiasumarfa, 2001: 99).
Faktor lain yang menyebabkan bangkitnya kesusastraan Arab modern ini adalah diperkenalkannya penerbitan resmi pertama yang dibawa ke Mesir oleh Napoleon.
Pada tahun pertama pendudukan Perancis telah diterbitkan sebuah surat kabar Courier de l'Egypte (Utusan Mesir) dan sebuah majalah La decade Egyptienne (Mingguan Mesir). Kemudian pada tahun 1799, diperkenalkan pula sebuah media berbahasa Arab pertama at-Tanbih (Peringatan), yang diasuh oleh Ismail bin Sa'd al-Khashshab, tapi media ini hanya terbit sampai tahun 1801. Setelah itu, tidak ada penerbitan lagi yang muncul sampai pada tahun 1828, ketika Muhammad Ali, Gubenur Mesir, membuat penerbitan Boulaq Press yang menerbitkan surat kabar al-Waqa'i al-Misriyyah (Peristiwa Mesir).
Kemudian, adanya perhatian besar dari Muhammad Ali terhadap kebudayaan di Mesir, seperti pendidikan dan penerjemahan ilmu-ilmu pengetahuan Barat ke dalam bahasa Arab. Dia mengirimkan beberapa pelajar ke Eropa, khususnya ke Perancis, Inggris, Itali, dan Chekoslowakia untuk belajar di beberapa universitas. Tujuan Muhammad Ali mengirim para pelajar ke luar negeri adalah agar terwujud suatu generasi para guru dan para cendikiawan yang mempunyai ilmu pengetahuan tentang Eropa dan bahasanya, sehingga diharapkan mereka bisa menggantikan kedudukan orang-orang Eropa yang ada di Mesir, sekembalinya mereka dari Eropa. Selain itu, juga agar para pelajar yang diutus itu dapat memindahkan ilmu pengetahuan Barat dan perdabannya ke dalam bahasa Arab, sehingga ilmu tersebut dapat diberikan di sekolah-sekolah yang menggunakan kata pengantar bahasa Arab.
Di samping itu, ada sejumlah institusi yang mempunyai andil besar dalam pemeliharaan bahasa dan sastra Arab klasik. Institusi-institusi inilah yang membuka jalan menuju kebangkitan yang tidak hanya dalam sistem politik, tapi juga kontribusinya terhadap kebudayaan dan kesusastraan pada masa tersebut. Sebagai contoh, Universitas Al-Azhar, universitas tertua Mesir, yang merupakan pusat pengkajian yang menekankan bidang agama dan bahasa Arab. Para pelajar dari universitas inilah yang dipilih Muhammad Ali untuk melanjutkan studi ke luar negeri.
Adanya Sekolah Tentara yang didirikan Muhammad Ali pada tahun 1825. Di sekolah ini, di samping diajarkan bidang ketentaraan, juga diajarkan kesusastraan Arab. Ada lembaga Daarul 'Ulum yang didirikan oleh Ali Mubarak Pasya, atas instruksi Ismail Pasya pada tahun 1872. Lembaga ini juga merupakan pusat kajian bahasa dan kesusastraan Arab.
Salah satu figur penting dalam kebangkitan kesusastraan Arab ini adalah Rifa'at Tahtawi. Dia merupakan salah seorang dari 44 orang yang dikrim Muhammad Ali ke Perancis dan negara Eropa. Dia mempelajari bahasa Perancis dan akhirnya dapat menerjemahkan berbagai karya sastra Perancis ke dalam bahasa Arab dengan tepat. Dia mengenal dengan baik karya-karya penulis dan filsuf Perancis, seperti Voltaire, Rosseau, dan Montesquieu. Ketika kembali ke Mesir, dia menjadi guru bahasa Perancis pada Sekolah Obat-Obatan dan di Akademi Militer. Tahun 1836, ia menjadi direktur sekolah bahasa yang melatih para penerjemah. Dia sendiri telah menerjemahkan berbagai buku sejarah, teknik, dan geografi. Buku-buku ini tersebar dalam lebih dari 27 buku yang telah diterbitkan. Murid-muridnya telah menerjemahkan lebih dari 2000 buku ke dalam bahasa Arab.
Tahtawi juga salah seorang redaksi dari surat kabar al-Waqa'i al-Misriyyin. Dengan terjemahannya dari bahasa Perancis, Telemaque, karya Fenelon, dia dianggap sebagai salah seorang perintis movel dalam bahasa Arab. Dia juga seorang pembaharu yang mempertahankan pendidikan wanita. Setahun sebelum wafatnya, ia mendirikan sekolah wanita pertama di Mesir. Tahtawi juga terkenal dengan buku sastra perjalanannya di Paris, yaitu The Refinement of God in The Resume of Paris, yang diterbitkan di Kairo tahun 1905 (Sutiasumarga, 2001: 102).
Sementara itu, di Libanon dan Syiria, faktor yang memegang peranan penting dalam kebangkitan kesusastraan Arab modern adalah peran aktif yang dimainkan para misionaris Kristen, khususnya dari gereja Katolik Roma. Orang-orang Arab Kristen Maronit dan orang-orang Armenia dari Syiria Raya adalah di antaranya yang menjadi perintis dalam kebangkitan ini. Mereka mempunyai perhatian yang besar terhadap aktivitas kesusastraan dan bangkitnya karya-karya sastra Arab klasik.
referensi:
Achmad. Bahrudin. 2011. Sejarah & Tokoh Kesusastraan Arab. 

0 komentar:

Posting Komentar